Minggu, 23 Januari 2011

Teori Hubungan Interpersonal Heider
selalu ada cintamuMinggu, 23 Januari 2011 0 komentar

1.       Teori tentang Hubungan Interpersonal (antarmanusia) dari Heider (1958)
Heider menganut metode konstruksi dari Lewin, menggunakan istilah sehari-hari yang digunakan orang awam, sehingga Psikologi Heider disebut juga psikologi common-sense. Alasan Heider adalah bahwa common-sense (logika berpikir sehari-hari) merupakan hal yang mengatur tingkah laku orang terhadap orang lain dan mengandung banyak kebenaran.
Berdasarkan cara pendekatan common-sense, menurut Heider tingkah laku interpersonal dapat diuraikan menjadi 10 aspek, yaitu :
a.       Mengamati orang lain
Pengamatan terhadap orang memiliki kemampuan emosi, kehendak, keinginan dan sentimen, yang tidak ada pada benda mati. Lagipula seseorang (P) yang mengamati orang lain (O) tahu bahwa O tersebut juga mengamati P kembali, sehingga dalam pengamatan timbal balik itu, baik P maupun O menghadapi 2 pengalaman, yaitu pengalaman fenomenal adalah segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan orang dengan lingkungannya, dan pengalaman kausal dimana orang yang bersangkutan mencoba menganalisa faktor-faktor atau kondisi-kondisi yang mendasari pengalaman fenomenal tersebut diatas.
Heider berpendapat bahwa proses pengamatan terbagi dalam 2 bagian, yaitu busur pengamatan (perceptual arc) yang melibatkan objek-objek di luar diri P sendiri (disebut rangsang “distal”) dan pengamatan (percept) itu sendiri, di mana rangsangan distal yang sudah kontak dengan penginderaan sudah berubah menjadi rangsang “proksimal” (rangsang dalam bentuknya yang sudah diolah oleh penginderaan). Didalam proses pengamatan ada mediasi yang bersifat “synonym” dan dapat juga bersifat meragukan (ambiguous). Mediasi selalu terkait (embedded) dengan situasi keseluruhan, sehingga Heider membedakan antara rangsang local dan rangsang total (keseluruhan). Rangsang local adalah bagian dari pengamatan (percept), sedangkan rangsang total adalah situasi keseluruhan di mana rangsang total terkait.
b.       Orang lain sebagai pengamat
Dalam pengamatannya terhadap lingkungannya, termasuk terhadap orang lain (O), seseorang (P) menyadari bahwa O juga mengamati P. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam 3 hal, yaitu tindakannya, harapannya dan sifat-sifatnya. Pengamatan O terhadap objek lain ini (X) juga diketahui P dan berpengaruh pada P, karena :
1)     Pengetahuan O tentang X menyebabkan O dapat lebih menguasai lingkungannya yang juga lingkungan P.
2)     O menilai X: positif atau negatif, menyenangkan atau tak menyenangkan. Penilaian O bisa sejalan atau tidak sejalan dengan penilaian P.
3)     Timbul motivasi pada O untuk melakukan tindakan lebih lanjut tentang X.
4)     O mampu melaporkan tentang X kepada orang-orang di luar P.
5)     Persamaan pandangan antara O dengan orang lain tentang X menyebabkan timbulnya kebersamaan (communion) antara O dengan orang lain.
 
c.       Analisis yang naïf terhadap tindakan orang
Dalam menginterpretasi tindakan orang lain itu dilakukan analisis secara sederhana (naïf) dan dalam analisis itu dicari sifat-sifat bawaan (dispotitional properties) dari orang yang sedang diamati tersebut. Sifat-sifat bawaan adalah factor-faktor yang mendasari perilaku seseorang yang tidak berubah-ubah (permanen). Sifat-sifat bawaan inilah yang membuat perilaku orang dapat diperkirakan, stabil dan dapat dikendalikan.
Sifat-sifat bawaan ini dalam teori Heider penting artinya, karena merupakan bagian dari daya (forces) yang datang dari diri pribadi (personal forces). Sebagai penganut mazhab Lewin, Heider mengemukakan bahwa tingkah laku adalah hasil dari dua daya, yaitu
1)     daya pribadi (personal factors)
Dianalisis lebih lanjut oleh Heider dan dinyatakan terdiri dari 2 faktor yaitu  :
a.       factor kekuasaan (power), ditentukan oleh kesanggupan (ability)
b.       factor motivasi, ditentukan oleh keinginan (intention, yaitu apa yang dicobanya untuk diperbuat) dan usaha (exertion, yaitu seberapa kuat ia mencoba) daya yang datang dari lingkungan (environmental forces)
d.       Kausalitas personal dan impersonal
Dalam kausalitas personal, P dengan sengaja menghasilkan X. Tujuan P (yaitu X) adalah tetap (equifinality) dan untuk mencapai tujuan itu P akan mengubah-ubah tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang berbeda-beda. Motivasi P di sini tidak berpengaruh, karena daya lingkungan yang lebih menentukan. Berarti P tidak bertanggung jawab atas gejala yang timbul (X).
Heider mengemukakan 5 tingkatan tanggung jawab P, yaitu :
1)     P bertanggung jawab sepenuhnya atas suatu kejadian yang ada kaitannya dengan dirinya.
2)     P bertanggung jawab atas suatu kejadian yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang memang sudah ditugaskan kepadanya, terlepas apakah ia bisa mengetahui lebih dahulu akibat-akibat itu atau tidak.
3)     P bertanggung jawab atas hasil-hasil dari tindakan-tindakannya yang sudah bisa  diperhitungkan terlebih dahulu.
4)     P hanya bertanggung jawab tentang hal-hal yang dengan sengaja (atas keinginannya sendiri) ditimbulkannya. Pada tingkah inilah letak kausalitas personal.
5)     P tidak perlu terlalu bertanggung jawab atas hal-hal yang ditimbulkannya jika situasi lingkungan yang menghendaki. 
e.       Hasrat dan kesenangan
Hasrat merupakan prakondisi dari percobaan. Sedangkan kesenangan (pleasure) adalah pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan. Hasrat dan tindakan sangat erat hubungannya. Jika P mempunyai hasrat terhadap X, maka ia akan mencoba melakukan sesuatu untuk mendapatkan X. Jika X sudah diperoleh maka P mengalami kepuasan. Dalam hubungan dengan hasrat ini, ada 2 macam hubungan P dengan X, yaitu nilai (value) dan jarak (distance).
f.        Sentimen
Sentimen adalah perasaan yang timbul pada seseorang (P) kepada orang lain (O) atau benda-benda lain (X). Sentimen ada 2 macam :
1)     Positif, suka (like)
Pembentukan unit terjadi jika dua orang atau lebih saling mempunyai sentimen positif (saling menyukai) sehingga mereka merasa saling memiliki.
2)     Negatif, tidak suka (dislike)
Orang-orang yang berada dalam interaksi terpaksa melakukan sesuatu untuk mempertahankan sentimen-sentimen positif, maka hubungan interpersonal yang bersangkutan berada dalam keadaan :disharmonis”.
g.       Keharusan dan nilai
Keharusan adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (bukan oleh orang lain) untuk dilakukan P. Jadi keharusan bersifat impersonal. Tetapi keharusan penting juga artinya dalam hubungan interpersonal oleh karena semua orang dalam lingkungan itu harus melakukannya. Nilai juga bersifat impersonal. Jadi kalau suatu hal dianggap bernilai oleh P, maka P menganggap hal tersebut positif. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa keharusan merupakan hasil dari daya-daya yang secara nyata selalu bekerja, sedangkan nilai lebih merupakan daya yang masih potensial dan baru muncul dalam bentuk perilaku dalam keadaan-keadaan tertentu.
h.       Permintaan dan perintah
Ada 5 macam cara P mempengaruhi tingkah laku O :
1)     P mengubah valensi (nilai) untuk O, sehingga X yang tidak menarik bagi O berubah jadi menarik.
2)     P menunjukkan pada O akibat-akibat yang menyenangkan dari X.
3)     P menciptakan nilai-nilai tambahan buat O tentang X dengan menjanjikan hadiah (ganjaran) atau hukuman.
4)     P meminta O melakukan X
5)     P memerintahkan O melakukan X.
Dua cara terakhir, yaitu permintaan (request) dan perintah (command), masing-masing didasarkan pada sentimen dan kekuasaan. Permintaan dasarnya adalah sentimen positif, di mana P bergantung pada O dalam mengharapkan hasil X. Sebaliknya perintah didasarkan pada kekuasaan P terhadap O. O harus melaksanakan apa yang diperintahkan P karena P dapat melakukan sesuatu yang mempengaruhi O.
i.         Keuntungan dan kerugian
Jika O melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P, maka O memberi keuntungan (benefit) kepada P karena ia memberikan X yang bernilai positif karena P. sebaliknya, kalau O tidak melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P, maka O akan merugikan (barm) P, karena X yang bernilai positif tidak diperoleh P.
j.         Reaksi terhadap pengalaman orang lain 
Persepsi terhadap pengalaman orang lain (o) menimbulkan reaksi yang oleh psikologi common sense disebut “emosi”. Emosi ini ada yang concordant, ada yang discordant. Emosi concordant ada dua macam yaitu: ikut bersuka (pengalaman positif dari O berarti positif juga buat P) atau ikut berduka (pengalaman negatif dari O menimbulkan pengalaman negatif pada P). Emosi yang discordant juga ada dua macam yaitu: Iri hati (pengalaman positif O menyebabkan pengalaman negatif pada P) dan kegembiraan yang jahil (pengalaman negatif O justru menyebabkan pengalaman positif P)
Emosi yang concordant dikatakan oleh Heider sebagai ungkapan perasaan simpati  yang sejati. Perasaan simpati yang sejati perlu dibedakan dengan gejolak emosi yang sesaat dalam arti bahwa simpati lebih dalam terkait dengan perasaan-perasaan orang lain sedangkan gejolak emosi hanya berkaitan dengan keadaan orang lain pada saatsaat tertentu saja.
Reaksi P terhadap pengalaman O dipengaruhi oleh :
1)     Sentimen P terhadap O
2)     Pengalaman-pengalaman P sendiri
3)     Persamaan-persamaan P dengan O
2.       Hubungan Interpersonal
Hakikat dari hubungan interpersonal adalah bahwa ketika berkomunikasi, kita bukan hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Jadi, kita bukan sekedar menentukan content tetapi juga relationship. Pandangan ini merupakan hal baru dan untuk menunjukkan hubungan pesan komunikan ini disebut sebagai metakomunikasi.
Dalam hal ini berarti bahwa studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan kepada aspek relasional. Aspek relasional inilah yang menjadi unit analisis dari komunikasi interpersonal. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya sehingga makin efektif komunikasi itu berlangsung.
Hubungan interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan, (baik verbal maupun nonverbal) secara timbal balik terjadi dan hal ini dinamakan komunikasi interpersonal. Ketika hubungan interpersonal interpersonal tumbuh, terjadi pula kesepakatan tentang aturan berkomunikasi antara para partisipan yang terlibat.
Hubungan interpersonal dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor:
Jumlah individu yang terlibat yaitu hubungan diad dan hubungan triad.
Hubungan diad adalah hubungan antara dua individu. William Wimot mengemukakan ciri-ciri hubungan interpersonal diad, antara lain adanya tujuan khusus, adanya fungsi yang berbeda, memiliki pola komunikasi yang khas.
Hubungan triad adalah hubungan interpersonal antara tiga orang. Dibandingkan dengan hubungan diad, hubungan ini lebih kompleks, tingkat keintiman rendah dan keputusan yang diambil berdasarkan voting.
1.       Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, adalah hubungan tugas (task relationship) dan hubungan sosial (social relationship).
2.       Berdasarkan jangka waktu: hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang.
3.       Berdasarkan tingkat kedalaman/keintiman: hubungan akrab/intim.
Ruben mengemukakan tahap-tahap hubungan interpersonal, yaitu:
1.       inisiasi;
2.       eksplorasi;
3.       intensifikasi;
4.       formalisasi;
5.       redefinisi;
6.       deteriorasi. Dalam kenyataannya, hubungan itu tidak selalu berjalan selaras dan bertahap seperti tersebut di atas, tetapi bisa tidak berurutan.
Mark Knapp menyebut tahap-tahap hubungan interpersonal sebagai berikut:
1.       inisiasi;
2.       eksperimen;
3.       intensifikasi;
4.       integrasi; dan
5.       pertalian atau ikatan. Tahap-tahap ini tidak harus terjadi pada setiap hubungan interpersonal.
Mengenai tahap-tahap tersebut, Jalaluddin Rakhmat menyimpulkan bahwa perkembangan hubungan interpersonal melalui tiga tahap:
1.       pembentukan hubungan;
2.       peneguhan hubungan; dan
3.       pemutusan hubungan.
Apabila dalam hubungan interpersonal terjadi konflik, akibat yang mungkin terjadi adalah berakhirnya hubungan interpersonal atau sebaliknya, meningkatnya kualitas hubungan. R.D. Nye, mengemukakan lima sumber konflik, yaitu:
1.       kompetisi;
2.       dominasi;
3.       kegagalan;
4.       provokasi; dan
5.       perbedaan nilai.
Dalam hubungan interpersonal, akan tumbuh apa yang dinamakan pola-pola relasional sebagai hasil dari aturan yang dikembangkan oleh partisipan bagimana pola-pola relasional ini berkembang akan tergantung pada bagaimana komunikasi dilakukan. Ruben menyebutkan ada empat pola relasional:
1.       suportif dan defensif;
2.       tergantung (dependent) dan tidak bergantung (independent);
3.       kegagalan;
4.       provokasi; dan
5.       perbedaan nilai.
Dalam hubungan interpersonal, akan tumbuh yang dinamakan pola-pola relasional sebagai hasil dari aturan yang dikembangkan oleh partisipan. Bagaimana pola-pola relasional ini berkembang akan tergantung pada bagimana komunikasi dilakukan. Ruben menyebutkan ada empat pola relasional:
1.       suportif dan defensif;
2.       tergantung (dependent) dan tidak bergantung (independent),
3.       progresi dan regresif;
4.       self-fulfilling dan self defeating prophecies.
Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola hubungan interpersonal, menurut Ruben adalah:
1.       tingkat hubungan dan konteks;
2.       kebutuhan interpersonal dan gaya komunikasi;
3.       kekuasaan;
4.       konflik.
Sedang Jalaluddin Rakhmat mengemukakan tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal, yaitu :
1.       percaya diri;
2.       sikap; dan
3.       sikap terbuka.
In Category :
About The Author Ali Bajwa Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore. Magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Facebook and Twitter

0 komentar